TOKOH IDOLA

Senin, 14 November 2011



                                                  
Letnan Jenderal TNI Marciano Norman dipercaya sebagai Kepala BIN mengantikan Jenderal Polisi (purn) Sutanto. Berbagai jabatan strategis pernah dijabatnya selama berkarir di militer, diantaranya sebagai Komandan Pasukan Pengaman Presiden, Pangdam Jaya dan terakhir sebagai Komandan Kodiklat Bandung.
· 
·  Badan Intelijen Negara (BIN) dihadapkan pada tugas berat untuk menangkal dan menanggulangi maraknya aksi kekerasan, terorisme, bom bunuh diri dan gerakan radikal lainnya. Untuk menghadapi situasi tersebut, BIN sebagai induk intelijen negara harus kuat. Konsolidasi antar lembaga intelijen negara lainnya diperlukan kebersamaannya untuk mencegah pemicu instabilitas keamanan nasional. Seperti membongkar jaringan terorisme yang masih terus-menerus menebar keresahan di tengah masyarakat.
Meski kewenangan BIN akan diperkuat, BIN diharapkan tetap pada jalur professionalitasnya, tidak kembali ke sosok militeristik dalam menjalankan tugasnya, agar masyarakat tidak menjadi resah. UU Intelijen ini sungguh-sungguh dijalankan untuk melindungi masyarakat
Tugas baru tersebut kini berada di pundak Letjen TNI Marciano Norman. Ia dikenal memiliki karakter yang tegas, sehingga dipandang sebagai sosok yang tepat untuk memimpin BIN. Mantan Pandam Jaya ini ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Kepala BIN di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, (17/10/2011) untuk mengantikan Jenderal Polisi Sutanto yang telah menjabat sebagai kepala BIN sejak 2009. Pergantian ini diharapkan sebagai babak baru di tubuh BIN dalam membenahi lembaga tersebut di dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Sementara itu, dunia intelijen bukan hal yang baru bagi lulusan Akamdemi Militer 1978 ini. Pria kelahiran Banjarmasin, Kalimantan Selatan 28 Oktober 1958 ini, sebelumnya juga pernah menempuh pendidikan khusus di bidang intelijen. Selain itu, beberapa jabatan strategis yang pernah dijabatnya mulai dari Komandan Paspampres dan Pangdam Jaya, membuatnya harus besinggungan dengan dunia intelijen. Baik dalam pengamanan khusus terhadap presiden dan juga tamu-tamu kepresidenan dari negara-negara sahabat. Maupun sebagai Pangdam Jaya yang bertugas menjaga keamanan Ibu Kota Jakarta sebagai barometer keamanan nasional.
Sebelumnya Jenderal bintang tiga dari kesatuan kavaleri ini, dalam berkarir di dunia militer tergolong cemerlang. Ia mengawali karirnya sebagai komandan Peleton Yonkav 7 Kodam Jaya, Komandan Kompi Serbu 73 Yonkav 7 Kodam, Kasi Ops Yonkav 7 Kodam Jaya hingga menjadi Komandan Kavaleri Batalyon 7 Kodam Jaya.
Kemudian setelah itu, putra mantan Pangdam Jaya Mayjen TNI (Pur.) Norman Sasono ini, dipercaya sebagai Komandan Kodim 1633/Nainaro, Wakil Assisten Operasi Kaskargatap I/Jakarta, Waasops Kasdam Jaya, Asops Kasgartap I/Jakarta, Asops Kasdam Jaya, Danrem 121/ABW Kodam Tanjungpura dan menjabat sebagai Direktur Analisa Lingkungan Strategis DItjen Strategi Pertahanan Departemen Pertahanan. Setelah itu, menjadi Komandan Pasukan Pengaman Presiden, 2008, Panglima Daerah Militer Jaya, 2010 hingga terakhir sebagai Komandan Kodiklat, Bandung, Jawa Barat, 2011 dengan pangkat Letnan Jenderal.
Sementara itu, BIN yang selama ini yang terkesan hanya bertugas sebagai pemberi informasi akan semakin diperkuat dengan disetujuinya Rancangan Undang-Undang Intelijen oleh DPR pada 11 Oktober 2011. Meski kewenangan BIN diperkuat, BIN diharapkan tetap pada jalur professionalitasnya, tidak kembali ke sosok militeristik dalam menjalankan tugasnya, agar masyarakat tidak menjadi resah. UU Intelijen ini sungguh-sungguh dijalankan untuk melindungi masyarakat. San, red

0 komentar:

Posting Komentar